Tips dan Trik,Desain Rumah,Tutorial Software,Tokoh Arsitek,Bahan Bangunan,Kesehatan,Struktur Bangunan,Pelaksanaan Bangunan,Metode Konstruksi,RAB,Schedule Project,Beton,Baja,Inspeksi Teknis,DVD DuniaRumah

Berlangganan Artikel

Ingin berlangganan artikel-artikel kami silahkan masukkan e-mail anda:

Artikel disusun oleh : Tim DuniaRumah

Cari Artikel

INSPEKSI PENGECORAN BETON

1.0. Tujuan
Tujuan dari prosedur pengecoran beton adalah memberikan panduan dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap pekerjaan pengecoran beton, guna memastikan kualitas pekerjaan sesuai dengan standard dan spesifikasi.
2.0. Ruang Lingkup
Prosedur inspeksi pengecoran beton berkaitan dengan lingkup pekerjaan struktur beton. Inspector bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan agar sesuai dengan standard dan spesifikasi yang diacu.
3.0. Kualifikasi Prosedure
Inspector dengan disiplin ilmu yang berhubungan, yaitu :
- Inspector Sipil
4.0. Referensi Document
ACI SP – 2 : ACI Manual of Concrete Inspection
ACI 214 : Recommended Practice for Evaluation of Strength Test Result of Concrete
ACI 301 : Spesification Structural Concrete for Buildings
ACI 308 : Recommended Practice for Curing Concrete
ASTM C-31 : Standard Method of making and Curing Concrete Compressive and Flexural Strength Test Specimens in the Field
ASTM C-143 : Method of Test for Slump of Portland Cement Concrete
ASTM C- 150 : Standard Spesification for Portland Cement
VES – 3080 : Vico Engineering Standard – Concrete Construction
SKSNI T-15-1991-03 : Standar Struktur Beton Indonesia



1.0. Inspeksi Awal
1.1.1. Periksa posisi beton decking dan atau kaki tulangan apakah telah dapat memberikan kepastian posisi tulangan tidak akan berubah selama dan setelah proses pengecoran dilakukan
1.1.2. Periksa sudut-sudut dan sambungan dari acuan beton, apakah terdapat celah yang dapat mengakibatkan keluarnya air semen. Bila ditemukan, celah agar segera ditutup
1.1.3. Periksa kekokohan dari acuan beton apakah mampu menahan beban dari adukan beton yang belum mengeras (untuk menghindarkan lendutan akibat beban adukan)
1.1.4. Permukaan beton lama yang nantinya berhubungan dengan hasil pengecoran harus mempunyai permukaan kasar dan telah disapu dengan spesi adukan semen yang sesuai dengan campuran beton baru
1.1.5. Periksa mix design campuran beton yang akan dipergunakan, batasan proporsi takaran campuran minimum sesuai tabel berikut
Tabel Batasan Proporsi Takaran Campuran
Mutu
Beton
Ukuran Agregat Maks.(mm)
Rasio Air / Semen Maks (terhadap berat)
Kadar Semen Min.
(kg/m3 dari campuran)
K400
37
25
19
0.45
0.45
0.45
356
370
400
K350
37
25
19
0.45
0.45
0.45
315
335
365
K300
37
25
19
0.45
0.45
0.45
300
320
350
K250
37
25
19
0.50
0.50
0.50
290
310
340
K175
50
0.57
300
K125
50
0.60
250
1.1.6. Periksa kelayakan alat penggetar (internal atau external vibrator), untuk jumlah alat penggetar internal vibrator, sesuaikan dengan tabel berikut
Tabel Jumlah minimum Internal Vibrator
Kecepatan
Mengecor Beton
Jumlah Alat
4 m3 beton/jam
2
8 m3 beton/jam
3
12 m3 beton/jam
4
16 m3 beton/jam
5
20 m3 beton/jam
6
1.1.7. Periksa peralatan tremie atau drop bucket untuk pengecoran di bawah air
1.1.8. Periksa kebersihan area yang akan di cor dari kotoran – kotoran yang ada
1.1.9. Permukaan sebelah dalam acuan yang nantinya menempel dengan beton harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak yang tidak meninggalkan bekas
2.0. Pengecoran Beton
2.1.1. Pelaksanaan pengecoran hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali diizinkan dilaksanakan pada malam hari
2.1.2. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada kondisi cuaca seperti berikut :
a. Hujan, air hujan langsung mengenai area pengecoran
b. Temperature melebihi 30° C
c. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%
d. Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam
Pada point (b,c,d) pengecoran masih dapat dilakukan dengan penambahan admixture yang sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan
2.1.3. Pengecoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton mulai mengeras
2.1.4. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Hal ini dimaksudkan agar tercapainya homogenitas beton secara keseluruhan untuk menjamin sifat kedap air
2.1.5. Jarak jatuh bebas ke dalam cetakan harus pada ketinggian kurang dari 150 cm, apabila melebihi dapat menyebabkan segregasi spesi beton. Serta tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah banyak di suatu tempat dengan maksud untuk kemudian meratakannya sepanjang acuan
2.1.6. Lakukan slump test (test kekentalan adukan beton) selama pelaksanaan pengecoran untuk menjamin agar nilai air semen tetap sesuai dengan mix design
2.1.7. Lakukan pemadatan dengan menggunakan alat penggetar (internal atau external vibrator). Hal ini dilakukan agar semua sudut-sudut terisi , sela-sela di antara dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan tersebut membuat agar permukaan menjadi rata dan halus, mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan mengisi semua rongga. Cacat beton yang bisa ditimbulkan dari hal ini adalah terbentuknya sangkar kerikil.
2.1.8. Lakukan perawatan setelah beton mulai mengeras dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Perawatan beton juga dapat dilakukan dengan uap ataupun secara chemical.
2.1.9. Apabila digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar.
2.1.10. Lalu lintas ataupun penambahan beban selain beban sendiri tidak diperkenankan sampai beton berumur 7 hari setelah pelaksanaan pengecoran.
2.1.11. Pada lantai beton yang difungsikan sebagai lantai aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan lembab setebal 5 cm paling sedikit 21 hari.
3.0. Inspeksi Hasil Pengecoran
3.1.1. Periksa permukaan beton hasil pengecoran, hasil pengamatan dan penyebab dapat terlihat pada tabel berikut :
PENGAMATAN
PENYEBAB
Retak – retak halus kelihatan
Peretakan kering/susut, retak – retak hidratasi. Kelebihan pembebanan pengendapan beton pada stadium plastis.
Ruang – ruang besar di dalam beton
Sangkar krikil atau ruang udara tertutup
Permukaan berpasir
Kurangnya perawatan
3.1.2. Apabila terdapat cacat seperti pada point 1, lakukan pemahatan pada lokasi rusak sampai ke bagian yang utuh, membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (hanya air dan semen) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang diisi dan di tumbuk dengan adukan yang kental yang merupakan campuran pengisi yang dipersyaratkan dan dicampur 30 menit sebelum dipakai. Campuran yang dipersyaratkan harus mempunyai kekuatan dan warna yang sama. Apabila diperlukan permukaan beton dapat dihaluskan dengan amplas, caborondum (gurinda) sehingga seluruh permukaan menjadi rata dan halus
3.1.3. Pengetesan sample beton dilakukan untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian minimum harus mencakup empat benda uji, dengan maksud sebagai berikut :
a. Benda uji pertama di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 3 hari
b. Benda uji kedua di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 7 hari
c. Benda uji ketiga di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 14 hari
d. Benda uji keempat di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 28 hari
3.1.4. Pembongkaran acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelagar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukan bahwa paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan beton telah dicapai
3.1.5. Lakukan pemeriksaan pada construction joint, untuk memastikan sambungan tidak terjadi kebocoran dan discontinuity. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan penyemprotan air atau penggenangan air pada lokasi construction joint, apabila terjadi rembesan maka construction joint yang ada harus diperbaiki.
3.1.6. Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diizikan


0 komentar: